Rabu, 09 Agustus 2017

ikuti jika benar tanggalkan jika salah

kadang kita cenderung melakukan sesuatu tanpa tahu kenapa kita melakukan hal tersebut, tanpa mengerti apa maksud kita melakukan hal itu, hanya karena semua orang melakukannya bukan berarti kita harus melakukannya juga.

saya pernah secara kebetulan menonton sebuah eksperimen sosial di internet. sebuah penelitian sederhana. dalam sebuah grup yang sedang menunggu antrian di klinik, semua anggota grup itu akan berdiri dan kembali duduk ketika mendengar bel berbunyi. lalu datanglah seorang perempuan muda usia 20an ke klinik, ketika menunggu antrian bersama grup tadi yang sudah diminta untuk berdiri dan kembali duduk ketika mendengar bel di klinik tersebut berbunyi. perempuan yang baru datang tadi tanpa tahu skenario tersebut tentu kaget ketika pertama kali melihat prilaku grup antrian itu. bel berbunyi untuk kedua kali, grup itu berdiri dan kembali duduk. si perempuan masih melihat dan memperhatikan, mulai terusik apakah memang harus berdiri dan duduk lagi ketika mendengar suara bel berbunyi saat sedang menunggu antrian di klinik. bel berbunyi lagi, grup itu berdiri lagi dan kembali duduk tanpa peduli keberadaan perempuan itu. tapi kali ini, meski ragu perempuan itu ikut berdiri dan kembali duduk. bel berbunyi lagi, tanpa ada keraguan dengan segenap keyakinannya perempuan itu bergabung dengan grup itu. berdiri dan kembali duduk. 

eksperimen dilanjutkan dengan menghilangkan anggota grup satu-persatu sehingga meninggalkan si perempuan sendiri. apakah perempuan itu akan tetap berdiri dan duduk lagi ketika mendengar bel? ya, perempuan itu tetap melakukannya. dia sudah mulai terbiasa dengan aktifitas berdiri dan duduk lagi ketika bel berbunyi.  kemudian masuk seorang pria ke klinik. pria ini juga tidak tahu tentang eksperimen ini, dia datang ke klinik, ambil no antrian dan duduk menunggu. ketika bel berbunyi si perempuan berdiri dan kembali duduk. si pria yang baru datang itu bertanya "apa yang sedang kamu lakukan?" si perempuan menjawab "aku tidak tahu, tapi semua orang yang sedang menunggu giliran masuk tadi melakukannya." si pria hanya mengangguk heran. bel berbunyi lagi, seperti perempuan tadi meski ragu pria itu ikut berdiri dan kembali duduk. fenomena ini terus berlangsung sampai terbentuk grup yang baru. grup yang berdiri dan kembali duduk ketika bel berbunyi di klinik. 

sampai akhirnya eksperimen ini dihentikan, dan perempuan itu diwawancara kenapa akhirnya dia memutuskan untuk mengikuti grup yang berdiri dan duduk lagi ketika mendengar bel berbunyi. perempuan itu menjawab "saat tidak melakukannya aku merasa tidak nyaman dan merasa tersingkirkan. aku merasa harus mengikutinya agar bisa diterima."

hanya karena semua orang melakukannya bukan berarti kita juga harus melakukannya. hanya saja seharusnya kita benar- benar tahu alasan kenapa kita harus melakukannya, bukan karena ikut-ikutan.

Related Posts:

  • yawdahlah.. asal masih mau belajar semua akan baik-baik saja. persoalan dimana level kita cuma perkara siapa yang memulai lebih dulu. mungkin sedikit terlambat u… Read More
  • siomay Ketika memesan siomay saya tak pernah menafikan kehadiran pare dalam urutan pilihan macam-macam siomay dalam sebuah hidangan. Pahitnya pare, kecutn… Read More
  • CATPER PENDAKIAN SEMERU 2015 JAKARTA Saya adalah perencana yang hebat namun, agen perjalanan yang buruk.  Pendek kata.. akhirnya saya berhasil membujuk dua orang kawan. kita se… Read More
  • NAK BELI GENDOM Waktu itu umurku sekitar 9 tahun kenaikan kelas 3 sd kemudian pindah sekolah ke jakarta  yang sebelumnya sekolah di kampung sdn 18 muara enim. Di… Read More
  • apa itu cinta suatu hari seorang pemuda datang kepada seorang filsuf lalu bertanya. "apakah anda tahu apakah cinta itu?" kemudian sang filsuf meminta pemuda itu … Read More

0 comments:

Posting Komentar