Pandangan ini subjektif milik
penulis sebagai pribadi, cerita dan pengalaman terbaik yang pernah saya alami
sendiri.
Beberapa tahun lalu saya bekerja
di sebuah konsultan geologi dan geofisika daerah jakarta. Dari sini saya
memiliki kesempatan untuk mengenal suatu daerah lebih dekat, karena bekerja
disini pula saya harus siap untuk ditempatkan di manapun lokasi proyek yang
akan dilaksanakan. Lokasi yang saya dan
tim kunjungi bukan destinasi wisata. Lokasi bukaan bakal tambang dan lebih
sering hutan baik yang sudah dibuka atau yang belum terjamah manusia. Tujuan kami
datang kesana hanya satu, melakukan penelitian keberadaan mineral tambang atas
permintaan klien.
Ada satu pengalaman yang begitu
berkesan seumur hidup yang pernah saya alami. Karena itulah judul tulisan ini
kebnaggaan sebagai orang indonesia. Pada suatu hari saya diinfokan akan ada
beberapa pekerjaan kedepan berlokasi di luar negeri dan kami semua akan
berangkat kemudian diminta untuk menyiapkan semua dokumen yang diperlukan. Belum
pernah ada dipikran saya waktu itu untuk keluar negeri. Satu-satunya dokumen
yang diakui diluar negeri Cuma satu. Paspor. Kami yang belum punya paspor
segera mengurus pembuatan paspor di kantor Imigrasi dengan bekal surat
pengantar dari kantor.
Hal yang lucu bekerja dalam tim
eksplorasi adalah kemanapun kami pergi tugas mulai dari Aceh sampai Papua yang
kami jumpai sama saja. Akses jalan menuju lokasi yang rusak dan hutan. Sering saya
jadi lucu sendiri kalau ada teman yang menanyakan tentang destinasi wisata
daerah yang saya kunjungi itu. Cerita saya melulu itu tidak jauh dari hutan,
buah hutan, masyarakat, dan makanan khas daerah tersebut. Sesekali sih pernah
tapi kesempatan itu jarang terjadi. Sangat jarang.
Tapi kali ini agak beda,
eksplorasi di negeri tetangga kita malaysia. Soal akses lokasi disana saya akui
luar biasa. Aspal halus, jalanan lancar, saat bertemu kemacetan jalan semua
sabar. Sangat jarang saya mendengar suara klakson disana. Sempat saya terkaget
waktu di tol ada sebuah motor menyalip mobil kami. What!! Di tol ada motor? Sama persis dengan motor saya di rumah.
Jupiter Mx tapi kalau disana namanya beda. Saya lupa.
Ada tiga lokasi eksplorasi disana
dua diantaranya sama saja seperti di indonesia lokasi bukaan tambang yang
panasnya bikin saya rajin istighfar dan hutan pohon karet yang paling terkenal
dengan nyamuknya. Tukang sadap saja kalau pergi menyadap karet mirip astronot. Satu-satunya
bagian tubuh yang terbuka hanya daerah mata dan dipinggangnya terselip kawat
tempat menggantung obat nyamuk bakar. Saya orang modern. Obat nyamuk bakar
sangat kolot dan jauh dari kesan modern . Lotion nyamuk telah hadir menggeser keberadaan
obat nyamuk bakar yang tidak praktis dan bikin sesak nafas. Baju lengan panjang
dan lotion anti nyamuk sudah cukup. Praktis dan simpel. Namun ternyata saya
salah, lotion anti nyamuk tidak cukup tangguh mencegah gigitan nyamuk di hutan
pohon karet. Mobilitas yang tinggi dan
kegiatan penuh peluh membuat lotion anti nyamuk itu luntur. Saya pulang dengan
penuh bentol bekas gigitan nyamuk. Kesimpulan yang saya ambil bahwa obat nyamuk
bakar adalah sebuah pengejawantahan nyata teknologi tepat guna nan aplikatif
dan murah dalam berkegiatan di hutan karet.
Lokasi terakhir adalah hiburan
penuh petualangan di negeri jiran. Berlokasi di tengah-tengah kota dan yang
kami cari adalah keberadaan sebuah bunker peninggalan jepang yang ditinggalkan
buru-buru pasca perang dunia kedua. Semua prajurit jepang ditarik pulang
kampung setelah kejadian paling memilukan dalam sejarah. Jatuhnya bom sekutu di
dua kota di jepang. Hiroshima dan Nagasaki. Sampai kalimat ini saya merasa jadi
Nicholas Cage di film national treasure 1 dan 2. Berdasarkan cerita, di negeri
sebelah yang berbatasan langsung telah ditemukan harta karun emas
sekian-sekian. Sangat banyak. Merunut sejarah, lokasi ditemukan emas di negeri
tetangga berhubungan erat dengan kota tempat kami melaksanakan eksplorasi ini. Sangat
mungkin pula akan ditemukan harta yang ditinggalkan disini.
Klien kami kontraktor lokal yang
memiliki akses ke pemerintahan atau mungkin dia sendiri memang orang
pemerintahan. Mungkin saja.
Tanda-tanda kemungkinan keberadaan
bunker itu sangat jelas, dimulai dari sebuah bangunan besar yang ternyata sumur
besar dan tersebar dibeberapa titik sumur-sumur kecil yang diduga saling berhubungan.
Juga, oleh masyarakat sekitar ditemukan benda-benda di sekitar lokasi. Seperti
alat-alat makan dan kendi peninggalan masa itu. Saat kami pertama kali datang
semua berjalan normal dan kami bebas bergerak bebas kesana kemari mengambil
poto dan memetakan lokasi tersebut. Interaksi dengan warga setempat juga wajar.
Keberadaan kami orang Indonesia disana juga bukan hal yang luar biasa. Paling-paling
buruh atau pembantu pikir mereka. Sempat beberapa kali karena kasihan, saya dan
teman ditawari pekerjaan di restoran katanya masakan orang indonesia enak atau
jadi supir lori (truk) jadi kami tidak perlu kerja seperti ini penuh peluh
menantang matahari. Jujur saja, saya tersenyum kemudian tertawa kecil mendengar
tawaran itu. Tawaran itu cukup menarik karena ternyata gaji nya cukup besar. Mereka
baik, ramah dan cukup simpati dengan kami. Satu kali ada yang agak usil dan
menanyakan identitas kami. Teman saya yang iseng langsung mengeluarkan sim,
diujung nama tersemat S.E. artinya teman saya ini lulusan sarjana ekonomi. Kita
yang di indonesia sudah sangat paham tapi, yang bertanya tidak tahu apa
singkatan S.E itu. Teman saya itu menjawab “Sarjana Engineering”. Kemudian dia
terkaget dan mengembalikan sim itu lalu mendadak sopan. Saya pikir sepertinya dia
sangat menghormati insinyur. Cerita soal sarjana engineering ini masih saja
lucu meski diceritakan berulang setiap kami bertemu.
Perubahan besar terjadi setelah
tersebar kabar bahwa kegiatan di lokasi tersebut adalah sebuah upaya pencarian
bunker peninggalan tentara jepang yang ditengarai terdapat harta yang
ditinggalkan berupa emas. Garis polisi dipasang sepanjang lokasi dan hanya
orang-orang tertentu yang memiliki akses dan kepentingan boleh melintasi batas
itu. Kami orang asing, tim eksplorasi dari negeri sebrang Negara Kesatuan
Republik Indonesia bisa bebas bolak-balik kemanapun seantero lokasi sementara
orang lain harus ditanya ini itu oleh
petugas kalau mau masuk. Menurut cerita teman saya yang juga atasan saya
bercerita tentang sebuah pertemuan tertutup yang dihadiri gubernur, pejabat,
dan aparat setempat. Setelah memperkenalkan diri dan menyebutkan nama instansi
masing-masing. Kami satu-satunya tim peneliti yang ada disana mewakili
perusahaan tentunya yang berasal dari Indonesia. Sempat ada pertanyaan “kenapa
mendatangkan tim peneliti dari Indonesia dan tidak dari negeri sendiri?” Jawaban
teman saya kira-kira begini “karena kami memiliki alat dan bisa
mengoperasikannya.” Bagaimana tidak mendengar cerita itu, seketika saya bangga
menjadi putera Indonesia.
Kegiatan eksplorasi ini sempat
menjadi heboh dan diliput oleh media lokal. Bisa ditelusuri jejak digital nya. Lalu
bagaimana hasil penelitian itu, apakah ditemukan bunker dan harta karun itu? Jawaban
saya adalah tidak tahu. Tugas kami hanya akuisisi data, kemudian menyerahkannya
kepada atasan untuk diolah dan diinterpretasi. Hasil pengolahan data itu juga
tidak pernah saya lihat.