Selasa, 28 Juli 2015

Mulut perempuan

Tuhan, please..
Setidaknya hindarkan saya dari mereka perempuan yang tertawa terbahak-bahak.
Karena bukan sekali saya mendapati ketika mereka marah. Membuat saya bergidik.
Tak terkatakan bagaimana tajam mulutnya menyakiti bukan hanya kepada orang yang dengannya berhadapan.
Sial nian dia, Tuhan. Kasihan. Tapi, juga kepada mereka yang tak sengaja berada di sekitarnya. Sial pula mereka.
Demi penjelajahan yang telah saya khatamkan dari pelosok ujung sumatera hingga papua. Dan demi pesona milkyway yang saya saksikan dari kali mati gunung semeru. Izinkan saya tuhan.. untuk sekali ini jika tidak untuk meng-unfriend-kan atau paling-paling memblok akun sosialnya.
-Aamiin-

Kamis, 23 Juli 2015

3 hari awalan

3 hari sudah...
Tiga hari pula sudah kulewatkan makan siang sendiri di pojok pantry sendiri.
Tidak betul2 sendiri sebenarnya. Ada galon air disisi kanan dengan caranya menghiburku dengan suara gelembung udaranya yang terjebak dan kemudian naik. 

*blebekblebek..

Sampai hari ini, cukup menggantikan suara aliran air yg biasanya kunikmati di sisi kali. Dihutan.

Disini juga sejuk dengan pendingin udara. Bukan semilir angin hutan yang menyejukkan.

‪#ironimemang‬

-28 oktober 2014-

3 minggu pertama

Kemarin tepat 3minggu umurku sebagai pemuda terpilih yang dipercaya untuk mengemban tugas mulia menjaga kedaulatan ibu pertiwi Indonesia. Tapi bohong. Melainkan sebagai karyawan swasta bagian administrasi untuk ekspor.

Sampai kemarin rekor absenku tanpa cela. Fakta. Bisa dibuktikan dengan absen ceklok dikantor. 
Sebagai karyawan yang selalu datang no.2 Aku bangga. Karena yang selalu pertama datang adalah dia yang punya kuasa atas kunci kantor.

Untuk jarak kantor dari rumah menurut Gmaps adalah 6.9 km yang artinya dengan kendaraan kecepatan santai 30km/jam jarak itu bisa ditempuh dalam hitungan menit.
Rumus : (v=s:t)Dik : (v 30km/jam) (s 6.9 km)Dit : (t waktu tempuh)
jawab : t = 6,9 / 30 = 0,23 jam0,23 x 60 = 13,8 mnt
13,8 menit untuk sampai dari rumah ke kantor dengan kecepatan statis tanpa hambatan. Okelah, kita tambah waktunya untuk berapa kali aku harus menginjak rem karena tanggulan (baca: polisi tidur) ditengah jalan dan pilihan jalan agak memutar menghindari macet jalur utama.Perhitunganku tidak lebih dari 5 menit.Jadi 13.8 + 5 = 18.8 menit. Masih kurang? Kalau gitu kita genapkan 20 menit. Kita hilangkan kemungkinan buatku untuk memacu kendaraan lebih dari 30 km/jam.
-----------------------------------------
Hari ini luar biasa seperti biasa. Biasa-biasa saja. Bangun pagi, mandi kemudian sarapan disambung 2 batang rokok cukup untuk memulai hari.
Tegas langkahku keluar pagar rumah. Menunggu ayah mengantar ke depan tempat mangkalnya angkot kuning yang kebetulan melintasi kantor.
Ya, tidak bawa motor hari ini karena ayah mau pakai kepasar.
Berdasarkan pengamatan sederhana, kalau dengan motor aku bisa menuntaskan perjalanan selama 20 menit. Dengan angkot dan supir yang sabar itu akan makan waktu lebih lama. Pasti.Perkiraanku, dua kali lebih lama. 40 menit.Kulirik jam tangan 07:29 saat duduk diangkot. Masih aman. Karena jam operasi kantor 8:30 aku punya rentang waktu 61 menit berarti masih ada sisa 21 menit untuk benar-benar memulai.
10 menit pertama....20 menit kemudian......30 menit......40 menit..Ini sudah diluar perhitungan..pasrah... -__-" Hilang sudah kebanggaanku, kehormatanku yang kujaga terenggut dalam 40 menit oleh biadabnya macet ‪#‎eh‬.. *efekstensil*
71 menit atau 1jam11menit waktu yang ketempuh sampai benar-benar tiba dikantor.
Lututku lemas, mataku nanar menatap absen ceklok milikku berwarna "merah."
Aku terlambat..
-17 november 2014-

==============================================================================

siomay

Ketika memesan siomay saya tak pernah menafikan kehadiran pare dalam urutan pilihan macam-macam siomay dalam sebuah hidangan. Pahitnya pare, kecutnya jeruk limo dan gurihnya saus kacang adalah sensasi rasa yang bergumul dilidah. 

Sedap!!

Ketika suatu sabtu siang panas yang menggoda. siomay adalah pilihan menu yang pas untuk menambal lapar yang tidak terlalu. Namun, tak saya temukan pare di siomay yang saya pesan. Ah, Tak mengapa. Toh, tetap genap disebut siomay meski tanpa pare.

Ketika malam dalam tidur yang tak pulas, tanpa rasa penasaran yang membubung saya tak menyangka akan menjumpai sebuah pare siomay disini. Pare ini biasa saja sama seperti pare siomay lainnya. Yang membedakan hanya ukurannya yang sebesar pohon kelapa. Sembari menyilangkan lengan dan mendongakkan kepala.

"Inikah pare yang alpa siang tadi."

-16 juni 2015-