Sabtu, 15 Desember 2018

Luka

Saat badan luka. Katakanlah, betismu tertempel panasnya knalpot supra. Perih!! Saya tau karena pernah mengalami dan sangat tahu bagaimana rasanya luka bakar knalpot motor. Setelah diobati, dalam beberapa minggu luka itu sembuh. Rasa perihnya sudah hilang tapi tidak dengan bekasnya. Ketika masih berupa luka, saya akan meringis jika luka itu tersentuh sesuatu. Mau mandi saja saya angkat kaki tinggi-tinggi karena perih meski hanya terbasuh air. Kini lukanya telah lama sembuh, mau saya gosok-gosok atau garuk sekalipun perihnya sudah tak ada lagi. tapi sayang tidak dengan bekasnya. Lukanya sembuh namun membekas. Bekas luka itu mengingatkan saya pernah terluka.
.
Saat hati yang luka, memaafkan meski tak diminta adalah pilihan terbaik yang membebaskan (baca: menyembuhkan) hati dari benci,  kebencian yang ditimbun tumbuh subur membuncah melahirkan dendam. Setiap dendam menuntut pembalasan.  Dendam yang tak terbalaskan akan menjadi pedang bermata dua berbalik arah justru menyerang. Nelson Mandela meski akhirnya mampu membalas ia lebih memilih memaafkan . "Forgive but not forget" ucapnya.
Hingga pada akhirnya luka hati itu sembuh. Meski tak nampak, luka itu juga membekas. Karena setiap luka meninggalkan bekas meski samar-samar. Bekas itu mengingatkan saya pernah terluka.
.
"jadilah kuat bukan untuk menindas, tapi setidaknya membuat orang berpikir lagi untuk menyakitimu."

Selasa, 27 Maret 2018

ooh ternyata begitu

Cerita ini diceritakan seseorang kemudian akan saya ceritakan kembali menurut versi sendiri.

Seorang bapak yang sudah tua memiliki 2 buah usaha dan 2 orang anak lelaki. Kedua anaknya adalah anak yang patuh. Si bapak ingin pensiun dan menyerahkan usahanya pada masing-masing anaknya.

Sebelum menyerahkan usahanya, bapak menyampaikan pesan atau wasiat kepada keduanya untuk dilaksanakan dalam kegiatan usaha.
1. Jangan pernah menagih piutang.
2. Jangan bertemu matahari saat pergi atau pulang.
Jika mereka sanggup maka usaha itu milik mereka. Kedua anak menyanggupi melaksanakan wasiat si bapak.

Waktu berlalu..
bapak sudah lama wafat. Karena sesuatu kakak dan adik ini jarang sekali bertemu. Mereka meneruskan bisnis yang sudah sukses hasil rintisan si bapak. Tetap teguh menjalankan wasiat bapak untuk tidak pernah menagih piutang dan tidak bertemu matahari ketika pergi atau pulang.

Bisnis si kakak sukses dan berhasil mendirikan banyak cabang. Kakak sangat bersyukur bisa mempertahankan bisnis yang ia warisi bahkan menjadikannya lebih sukses. Semua kesuksesannya berkat dari menjalankan wasiat bapak.

Di lain tempat.

Berbanding terbalik dengan kakak, bisnis yang adik jalankan justru bangkrut. Si adik berujar semua demi menjalankan wasiat bapak. Adik tetap teguh menjalankan wasiat untuk tidak menagih piutang dan tidak bertemu matahari saat pergi atau pulang. Mungkin karena nasibnya memang begini. Banyak dari konsumennya yang tidak membayar sisa pelunasan utang. Untuk tidak bertemu matahari adik selalu menggunakan mobil atau taksi yang membuat ongkos operasional menjadi tinggi.

Sampai akhirnya kakak-adik ini bertemu. Si adik berkeluh kesah pada kakak tentang banyaknya piutang yang tidak bisa ia tagih karena patuh pada wasiat dan besarnya biaya operasional yang harus ia keluarkan setiap bulan.

Dua orang yang patuh menjalankan wasiat bapak untuk tidak pernah menagih piutang dan tidak bertemu matahari saat pergi atau pulang bisa memiliki nasib yang berbeda. Kakak sukses dan merasa sangat bersyukur menerima wasiat bapak sementara adik bangkrut dan sangat menyesal karena wasiat bapak dia tidak bisa menagih piutang yang seharusnya bisa memutar modal agar bisnisnya tetap berjalan.

Kakak membetulkan posisi duduknya, menyulut kreteknya dan mulai menjelaskan. "Dari ceritamu semua tentang bagaimana kamu menafsirkan pesan yang bapak wasiatkan. Sangat berbeda sekali antara kenal dan tahu."

"Kakak kenal kepada bapak sementara adik sebatas tahu. Kakak begitu mengenal bapak sehingga menangkap maksud dan kemana arah pesan bapak. Adik cukup tahu saja dan patuh."

"Kakak mengenal bagaimana bapak menjalankan usahanya semasa merintis dulu. Bapak tidak pernah menagih piutang karena dalam transaksi bisnis, bapak hampir tidak pernah memberi utang pada konsumennya. Jangan pernah bertemu matahari saat pergi atau pulang wasiat kedua bapak. Bapak orang yang tekun dalam bekerja, dia bangun pagi buta dan mempersiapkan usahanya dan baru pulang setelah beres semua pekerjaannya dan itu biasanya malam."

"Adik menafsirkan dan melaksanakan wasiat bapak tanpa mengenal bapak. Tidak sampai pada maksud dari wasiat bapak. Dengan kata lain adik selama ini misinterpretasi pada wasiat bapak."

Hari itu adik sampai pada "ooh ternyata begitu.." setelah pertemuan itu adik siap menjalankan wasiat bapak dengan cara pikir yang baru, yang mengenal bukan sekedar tahu.

Jumat, 16 Maret 2018

Kontemplasi

Rumus yang saya temukan tanpa sengaja, entah pernah baca dimana atau ngobrol sama siapa.

Jangan mudah memberi janji ketika sedang bahagia. Jangan mengambil keputusan ketika marah. karena ujungnya selalu penyesalan.

saat bahagia kita cenderung meng-iya-kan  karena tidak mau merusak suasana hati. ya kaan..
sebaliknya saat marah kita malah terburu-buru mengambil keputusan supaya cepet semua urusan.

so.. ketimbang harus menyesal dikemudian hari lebih baik menunda sebentar. endapkan dulu.

kontemplasi. bukan konstipasi. :P
apa yang yang terjadi jika saya lakukan.
apa yang tidak terjadi jika saya lakukan.
apa yang terjadi jika tidak saya lakukan.
apa yang tidak terjadi jika tidak saya lakukan.

percaya setengah apa yang kamu lihat, jangan percaya apa yang kamu dengar. (lupa kata siapa)