Rabu, 07 Desember 2016

[Lamunan Pagi ] Early Warning System Gempa Bumi


Oktober 2011. Saya yang masih bekerja di konsultan geologi dan geofisika beberapa kali terlibat pekerjaan eksplorasi di daerah untuk meneliti potensial mineral tambang di daerah tersebut. saya tidak akan menceritakan detil pekerjaan selama proses akuisisi data. saya juga tidak memiliki wewenang ilmiah untuk menjelaskan karena bukan kualifikasi saya untuk itu.

Saat itu ada dua lokasi yang kami datangi dan keduanya berada di daerah NTT. lokasi pertama di daerah Belu-Atambua. Pekerjaan selesai hanya beberapa hari dilanjutkan kemudian ke lokasi kedua di Keifa Menanu. Keifa Menanu adalah pusat kota. dari sini masih cukup jauh dari lokasi di Eban. Mengendarai motor sampai masuk ke lokasi kami tempuh perjalanan lebih kurangnya 3 jam untuk sampai di eban. beruntung di eban kami dibolehkan tinggal sementara di pos perbatasan TNI. perbatasan antara negara kita Indonesia dengan tetangga Timur Leste.

Adalah Feri partner kerja kami di lokasi. Feri adalah seorang PNS di BMKG. disetiap kesempatan kami berbincang banyak hal dari yang biasa-biasa menjadi topik yang seru dan menyenangkan. Sampai akhirnya Feri menceritakan tentang sebuah upaya yang sedang dikembangkan BMKG bekerja sama dengan Australia, Jepang dan Kanada kalau tidak salah ingat. Upaya itu adalah sebuah penelitian mengamati gejala anomali pada magnet bumi. Pulau Sumatra menjadi lokasi yang dipilih karena memang pulau sumatra merupakan daerah rawan gempa. BMKG kemudian menyebar alat ground magnetik di sepanjang pulau sumatra mulai dari aceh sampai lampung.

Saya membayangkan. Tidak, kami membayangkan ketika teknologi ini berhasil dikembangkan, kita akan sempat untuk melakukan evakuasi sebelum bencana gempa bumi benar-benar akan terjadi. Berapa orang yang akan terselamatkan dengan adanya  teknologi itu.

Pagi ini, ketika saya membuka laman berita bahwa telah terjadi gempa di Aceh sebesar 6.5 SR saat subuh. Ingatan gempa tsunami 2004 lalu yang masih begitu jelas pada rakyat Aceh. Tak heran, ketika gempa pagi ini, kemudian akan memaksa mereka mengenang kembali peristiwa yang memilukan itu. Berdoa semoga mereka disana diberikan kesabaran dan senantiasa dilindungi Alloh SWT. 

"apa kabarnya hasil penelitian itu ya?"

Selasa, 30 Agustus 2016

S.T.O.P saat PANIK

Tersesat ditengah rimbunnya hutan Papua adalah masalah besar untuk Ari yang baru beberapa hari disana. Entah dimana saat Ari terpisah dari rombongannya setelah selesai melakukan survey pemetaan topografi dan persiapan jalur alat geolistrik. Bekerja di sebuah konsultan Geologi dan Geofisika di Jakarta membuat Ari harus selalu siap berangkat kemanapun dan kapanpun diminta. Baru beberapa hari disana barang pasti Ari belum hapal jalan didalam hutan. Ada begitu banyak jalan setapak didalam hutan. Tapi, mana jalan setapak yang biasa dilalui orang atau babi hutan dia tidak tahu.  Atau mungkin benar jalan setapak itu yang biasa dilalui orang tapi tidak tahu apakah jalan itu menuju kampung atau jangan-jangan malah lebih jauh masuk kedalam hutan.

Terlalu sibuk membalas pesan yang masuk ke hp nya membuatnya tidak terlalu memperhatikan jalan. Hp nya sekarang sudah kehabisan baterai dan tidak bisa menghubungi camp meminta bantuan. Ari mengutuki perbuatannya sampai terpisah dari rombongan.

Langit mulai sore dan sebentar lagi gelap. Jam 5 sore didalam hutan sudah mulai gelap karena sinar matahari sudah tidak sanggup menembus rimbunnya pohon-pohon besar. Suara binatang hutan sore itu yang biasanya dia nikmati mendadak seram dan mulai membuatnya ketakutan. Tak jauh dari tempatnya berdiri Ari mendengar gemericik air. "Ah, ada kali. Aku harus mengikuti aliran kali untuk pulang. Pasti, aliran air ini menuju ke kampung." Gumamnya.

Menyusuri kali bukan perkara mudah karena ternyata sesekali dia harus menuruni tebing. Belum lagi batu kali yang licin membuatnya harus lebih hati-hati melangkah. Belum lama berjalan menyusuri kali tiba-tiba dia melihat bangkai ular sebesar paha orang dewasa. Itu adalah bangkai ular terbesar yang pernah dilihatnya. Dari cerita yang pernah dia dengar bahwa ular selalu berpasang-pasangan. cerita itu menerangkan bahwa kalau salah satu ular itu dibunuh, pasangannya akan membalas dendam. Ular bisa tahu siapa pembunuhnya dengan melihat mata pasangannya yang mati. Seperti ada rekaman terakhir sebelum ajalnya sebagai pesan. Melihat bangkai ular itu sontak membuatnya panik. Tanpa sadar Ari menaikkan tempo berjalannya bahkan setengah berlari. Batu licin menghambat lajunya dan dia terpeleset jatuh. Rasa takut begitu meliputinya. seperti ada pegas, Ari ototmatis langsung berdiri dan berjalan lagi. Kemudian terjatuh lagi, langsung bangkit lagi dan berjalan lagi. Terjatuh lagi lalu bangkit lagi. Butuh tiga kali terjatuh untuk menyadarkannya bahwa saat ini dia sedang panik.

"Panik akan bikin kamu jatuh lagi dan membunuhmu!"
"Tenanglah!!" Ari menasehati diri sendiri.

Ari menyapu pandangannya mencari tempat yang pas buatnya untuk duduk sebentar, pandangannya berhenti pada sebuah batu andesit besar di tengah kali. sambil duduk dan menenggak sisa air mineral yang dia bawa kemudian merogoh saku celana kargonya mengambil kotak rokok dan menyalakan sebatang rokok terus menghisapnya dalam-dalam. "Aku harus tenang." ucapnya sambil menghembuskan asap rokoknya ke udara.

Langit mulai merah. "Aku tidak boleh bermalam di hutan sendirian. Entah apa jadinya." Bicara sendiri. Setelah tenang dan mengumpulkan nyali Ari mulai berjalan lagi menyusuri kali. Beberapa menit kemudian dia mendengar dari kejauhan suara ketawa ramai. Dihampirinya sumber suara itu "syukurlah.. aku selamat." ternyata rombongan timnya sedang mandi di kali.

"Woy!! Ari!! Kemana saja ko? Ayo mandi!"
"Tidak, aku mau ke camp saja."

Selasa, 16 Agustus 2016

[CATPER] Kemping mandalawangi agustus 2016

Mengobati rindunya malam dingin di gunung, melarikan diri sejenak dari ramainya Jakarta Ibukota pertemuan setiap kemungkinan berada.

Singkat cerita kebetulan ada sepupu yang lagi magang jadi jurnalis di Media Indonesia bersama 5 orang temannya. Kami berencana untuk yaah.. liburan bersama mumpung lagi di Jakarta. Awalnya, sepupuku minta diantar ke pulau seribu. Tapi, berhubung agustus ini masih sering hujan angin. Sepertinya liburan di pulau bukan pilihan yang bijak. Saya menyarankan gimana kalau kita kemping ke mandalawangi! semua setuju dan kita sepakat untuk berangkat jumat malam tanggal 5 agustus 2016.

Jumat 5 Agustus 2016 (malam)
Dari rencana delapan orang kami akhirnya berangkat cuma berempat karena yang lain tiba-tiba mendapat tugas untuk liputan berita. Sempat untuk mengundur acara kemping jadi minggu depan. yah, mau gimana lagi. kalo cuma berempat kurang seru kataku. Saat sedang santai duduk di ruang tamu sepupuku Jimmy bilang "oh iya kak, aku juga dapet titipan liputan di cibodas kemarin dari redaksi waktu minta izin libur. trus juga malam ini kita bisa lihat gugusan bimasakti dengan mata telanjang. katanya." "oke deh, kita berangkat. besok pagi aja ya!"

Sabtu 6 Agustus 2016
Kami berangkat pagi cari sarapan dan sebagai alternatif murah angkutan ke pasar rebo kami menggunakan UBER. Sebagai pengguna baru dapet potongan 50,000 jadi hemat dan lebih cepat.

11.00 wib
Sampai di pasar rebo alhamdulillah langsung dapet bus arah cianjur turun di pertigaan cibodas. ongkosnya 25,000.

15.30 wib
Turun di pertigaan cibodas. Belanja logistik dan snack untuk kemping di mandalawangi. Setelah semua siap kami melanjutkan naik angkot kuning ke cibodas sekitar 10 menit dari pertigaan dan langsung berhenti di loket masuk bumi perkemahan mandalawangi. Beli tiket masuk untuk menginap 27,500 perorang. Dari loket menuju kemping ground tidak jauh untuk beberapa alasan saya memilih lokasi kemping dekat sungai yang berhadapan dengan lapangan golf.
Angkot kuning menuju cibodas

Minggu 7 Agustus 2016
Langit malam agak kurang bersahabat. Awan mendung membatasi pandangan kami untuk dapat menyaksikan tebaran gemintang malam itu. Sekitar jam dua pagi langit cerah dan menampakkan nuansa magis gugusan bintang galaksi Bima Sakti untuk kami nikmati untuk sesaat lalu kembali angin menghantar awan menghijab antara kami dan bintang. Hadiah kecil untuk kami yang sabar menanti meski cuma sebentar. Puas menghangatkan diri dengan api unggun, kopi, dan cerita ngalor-ngidul kami berangsur masuk tenda sekitar jam empat pagi.
mendung

09.00 wib
Matahari mulai tinggi dan suara cekikikan tenda sebelah membuat saya berangsur bangun. Sepertinya, mereka baru datang subuh tadi, karena saat kami beringsuk masuk tenda mereka belum datang. Setelah ritual pagi dan sarapan agenda selanjutnya adalah ke air terjun cibeureum. Tapi, harus ditunda sebentar karena hujan.

14.00 wib
Hujan mulai reda kami mulai packing dan segera menuju air terjun cibeureum. Lokasi air terjun cibeureum ditempuh dengan tracking sekitar satu jam melalui jalur pendakian Gunung Gede Pangrango dengan harga tiket 18,500 perorang.

16.00 wib
Puas main air di air terjun kami melanjutkan perjalanan untuk pulang ke Jakarta.

air terjun cibeureum

#TIPS dan INFO
Hal apa aja sih yang bisa kita lakukan di bumi perkemahan mandalawangi?

  • Kamu yang suka photografi bisa hunting lokasi photo yang menarik. kalau langit cerah kamu bisa photo bintang gemintang.
  • Di mandalawangi tidak ada larangan membuat api unggun dan disana ada yang menjual kayu bakar. Tapi tetap hati-hati dan ikuti kaidah-kaidah dalam membuat api unggun. 
  • Bawa gitar! Sambil duduk melingkar menghadap api unggun ditemani secangkir teh/kopi menyanyikan lagu nostalgia. Tapi ingat, hormati pengunjung lain dan jangan bikin rusuh.
  • Ambil matras dan hamparkan diatas rumput rebahkan tubuhmu disana sambil memandang nuansa magis gugusan bintang malam.
  • Satu lagi, Cerita. sedari dulu saya saat kemping sangat senang dengan suasana ini. dari cerita-cerita ringan penuh tawa sampai curcol adalah kesempatan kita untuk benar-benar mengenal lebih dalam tentang sahabat kita. 

Sedikit rincian biaya kami kemarin:
Joglo (Jakarta Barat) - Pasar rebo (UBER promo) bayar 20,000/4 = 5,000

Pasar rebo - Pertigaan cibodas 25,000

Angkot kuning Pertigaan cibodas - Cibodas mandalawangi 5,000

Tiket masuk bumi perkemahan mandalawangi 27,500

Kayu bakar api unggun 30,000/4 = 7,500

Tiket masuk air terjun cibeureum 18,500

angkot kuning cibodas mandalawangi - pertigaan cibodas 5,000

pertigaan cibodas - terminal kp. rambutan 25,000

terminal kp. rambutan - joglo (grab car) 97,000/4=24,250

TOTAL     Rp. 142,750/ Orang PP
                                                               

patut dicoba
canopy trail 40,000
sedikit informasi untuk bus dari dan ke cibodas menggunakan bus jurusan jakarta(kp.rambutan) - cianjur. bus tersedia 24 jam cuma harus sabar menunggu.

Selasa, 19 Juli 2016

catatan hujan

hujan.
saya suka hujan. suka aja. udah.

ada yang bilang hujan meresonansi menggapai kenangan-kenangan dulu yang tersimpan rapat tersembunyi jauh didalam sana. makanya katanya, sekali lagi katanya hujan-hujanan terapi yang baik untuk mereka yang ada masalah sama kenangan. amnesia yah? iya. iya.. amnesia.

ada yang suka bau tanah setelah hujan. hmm.. menentramkan. katanya.

saya suka hujan. suka aja. udah.

yawdahlah..

asal masih mau belajar semua akan baik-baik saja. persoalan dimana level kita cuma perkara siapa yang memulai lebih dulu. mungkin sedikit terlambat untuk putar stir. tapi, tidak pernah ada kata terlambat untuk memulai. pepatah, "seribu mil di mulai dari satu langkah kecil."
"sok banget sih bud!" "lemparin sendal nih..!"
"hahaha.. ngopi yuk!"

Sabtu, 18 Juni 2016

Nurina Selamat jalan

Waktu berlalu dan kami siswa kelas 6 SD mulai sibuk belajar untuk ujian nasional dan selanjutnya mencari sekolah baru meneruskan jenjang SMP. Sekolahku adalah sekolah yayasan mulai dari TK, SD, dan SMP. Sebagian besar dari kami melanjutkan disekolah yang sama termasuk Nurina, yang lain mencoba masuk sekolah negeri. Sementara aku memilih untuk masuk pesantren ikut kakak yang sudah duluan disana. Waktu itu aku merasa bangga sekali mau masuk pesantren termasuk guru-guru dan teman yang tahu keinginanku untuk pesantren ikut bangga dan mendukung keputusanku. Rasanya, begitu jelas arah mana jalan yang kupilih. Setelah benar-benar dinyatakan lulus aku fokus mengikuti proses seleksi penerimaan santri baru di pesantren daerah banten itu. Sebuah pesantren modern dengan sistem pendidikan seperti gontor almamater kyai  pendiri pesantrenku. Ahmad adalah kawan dekatku yang juga memilih pesantren melanjutkan SMPnya di daerah jakarta barat. Jadi, ada dua orang siswa sekolah kami yang melanjutkan ke pesantren.

Seingatku waktu itu hari terakhir tes penerimaan santri baru adalah baca tulis Al-Qur'an dan wawancara yang akan menentukan diterima atau tidaknya aku sekolah disana. Setelah lama menunggu akhirnya kami diberitahukan bahwa nama-nama peserta yang diterima sudah dapat dilihat di papan-papan tulis di aula pesantren.  Waktu itu ayah yang mencari namaku dan tidak lama kemudian ayah kembali dengan sumringah. Aku diterima.

Setelah resmi menjadi santri baru kemudian dilanjutkan dengan penentuan gedung asrama, kamar dan kelas. Kamarku terletak di Gedung Annajah kamar 6 bersama 20an santri baru lainnya dan 1orang kakak kelas 5 yang menjadi ketua kamar. Untuk sekolah, aku ditempatkan di kelas 1J. Penentuan kelas berdasarkan peringkat. Jadi, mereka yang pintar otomatis akan mendapat kelas unggulan A,B dan C. Untuk angkatanku kelas satu sampai dengan 1Q. Sistem ini sengaja dilakukan dengan nuansa "Fastabiqul khoirot" (berlomba dalam kebaikan) yang selalu digaungkan kyai disetiap pidatonya. Sepertinya begitu.

Sejak aku dipesantren aku tidak pernah lagi berhubungan dengan teman-teman sekolahku dulu. Melalui telpon biasanya ibu mengabari tentang kabar teman-teman sekolahku dan salam dari guru-guru supaya betah dan giat belajar di pesantren. Ibu memang sangat aktif dan menjadi pengurus majlis ta'lim untuk wali murid di sekolah juga karena masih ada adikku yang masih sekolah disana.

Dipesantren kami memang ditempa untuk belajar, belajar, dan belajar. Urusan ibadah sholat 5 waktu selalu(wajib) berjamaah di masjid. Mengaji kami mendapat firqoh(kelompok) yang dipimpin kakak kelas dan ustadz. Komunikasi dengan luar sangat dibatasi. zaman itu telpon genggam belum ada. Tapi, pesantren menyediakan wartel dilingkungan pesantren. Tv, radio tidak diperbolehkan disini. Kalaupun dibolehkan dengan aktivitas yang begitu padat rasanya tidak ada waktu untuk menonton TV atau mendengarkan radio. Aku sangat menikmati hari-hariku dipesantren dulu meskipun awalnya diminggu pertama kami para santri baru sering menangis karena rindu rumah.

Hari-hari berlalu begitu cepatnya sampai akhirnya aku naik kelas 2. Sampai pada suatu hari ketika aku menelpon ke rumah ditengah percakapanku tiba-tiba ibu ingin menyampaikan sesuatu yang sangat serius.
(Di telepon)
Ibu: "bud, ibu ado kabar tapi kau jangan sedih ya. Sabar-sabar."
Aku: "kabar apo bu?" Perasaanku langsung bingung. Takut tapi penasaran.
Ibu: "hmm.."
Aku:"kenapo bu?!"
Ibu: "kawan kau Nurina.."
Aku: "Nurina kenapo bu?"
Ibu: "Nurina meninggal"
Aku: "inna lillahi wa inna ilaihi rooji'uun" lalu aku terdiam dan seketika sekujur tubuhku dingin. Aku menggigil. Flash back kenangan dengan Nurina sekejap memenuhi otakku. Tak terbendung air mataku mengalir dan seketika hidungku mampat. Kuseka air mataku jangan sampai ada yang melihatku menangis. Kudongakkan kepalaku menahan air mata. Ini adalah kehilangan sahabat pertamaku.
Ibu: "budi. Kau yang sabar yoo.. kirim do'a buat Nurina."
Aku: "iyo bu. Nurina kenapo bu?"
Ibu: "Nurina caknyo sakit. Waktu balek dari senayan samo kawan-kawan." (Nurina kayaknya sakit. Waktu pulang dari senayan)
Aku: "ooh, iyo bu. Bu sudah dulu yo. Aku nak balek ke kamar." (Bu sudah dulu ya. Aku mau ke kamar.)
Ibu: "yo bud."
Aku: "Assalamu alaikum"
Ibu: " waalaikum salaam"
Begitu selesai menutup telpon. Aku langsung kembali ke kamar. Kurebahkan badanku di kasur dan kututupi muka dengan bantal. Kupuaskan tangis dan ingusku sore itu. Nurina selamat jalan.

Kamis, 16 Juni 2016

Nuri..na!! Minta belimbing

Meski samar-samar aku ingat wajahnya. Tapi, senyumnya lekat sekali di hati. Bibir tipis dengan lesung pipit dan geliginya yang tersusun rapih. Cantik.
Perempuan mungil dan cantik itu namanya Nurina (cahaya kami). Nurina tidak hanya cantik, dia sopan, ramah, baik. Tak puas ketemu di sekolah aku sering cari-cari alasan supaya bisa main kerumahnya. Adalah samsul sahabat baikku yang paling sering kuajak ke rumah nurina atau sebaliknya. Minjem catetan, ngerjain pe-er bareng, atau minta belimbing alasan yang paling sering. Samsul dan keluarganya saban siang suka sekali rujak.
Samsul "Bud, ngrujak yuk!"
Aku: "yuk..!! Kerumah Nurina minta belimbing!!"
Samsul: "yuk..!!"
Kami kerumah Nurina naik sepeda. Sepanjang jalan kerumah Nurina aku senyum-senyum sendiri.
(Di rumah Nurina)
Aku: "sul, panggil gih"
Samsul: "elu aja bud.."
Aku: "bareng ya tapi"
Samsul: "iyaa"
Aku, samsul: "Nuri...na!! Minta belimbi..ng"
Cekrek, suara pintu dibuka
Nurina: "eh, iya.. boleh"
Buka pager
Aku, samsul: "hehehehe.."
Samsul: "bud panjaat!!"
Nurina senyum. Aku bengong. Bego.
Samsul: "bud!! Panjaat!"
Aku: "eh,, iya sul"
Soal panjat memanjat memang aku yang selalu disuruh lantaran kurus. Jadi bisa menggapai belimbing yang di ujung dahan. Samsul menunggu operan belimbing dariku dibawah.
Nurina: "ambilnya yang udah kuning-kuning aja ya" sambil mendangak kearahku
Aku: "iya nur'
Samsul: "bud, udah cukup nih. Banyak"
Aku: "oke!!"
Turun dari pohon
Aku: "nur, makasih yaa"
Nurina: senyum "iya, sama-sama"
Samsul: "Nur, makasih yaa"
Nurina: senyum "iya, sama-sama"
Samsul: "yuk bud. Pulang"
Aku: "yuk..!"
Yes, udah ketemu nurina. Kami pulang kerumah samsul buat lanjut ngerujak. Samsul dapet belimbing. Aku dapet ketemu Nurina. Kemudian kami tersenyum sepanjang jalan.
Di lain hari aku dan samsul janjian main sepeda sore. Rumah Nurina selalu jadi rute sepeda kami. Setiap depan rumah nurina aku selalu mengurangi laju sepeda kemudian kupanggil "Nuri..na!!" Kemudian kutengok kebelakang. "Ah, nggak keluar. Tapi, gapapa deh kan udah lewat rumahnya." Ngomong sendiri. Meskipun cuma ketemu rumahnya. Itu saja sudah cukup untuk menggenapkan hari dan membuatku tersenyum.

NAK BELI GENDOM

Waktu itu umurku sekitar 9 tahun kenaikan kelas 3 sd kemudian pindah sekolah ke jakarta  yang sebelumnya sekolah di kampung sdn 18 muara enim. Di jakarta aku tinggal dengan bude dan alasan kenapa pindah ke jakarta "lupa".
Satu waktu bude minta tolong ke warung
Bude: "Bud, tolong belike bude gendom di warong bang kesuk. Ini duitnyo"
Aku: "Iyo de"
Segera aku pergi ke warung yang dimaksud bude.
(Di warung)
"Belanjo..."
"Belanjo...."
"Belanjo....!!'
Warung buka tapi koq nggak ada yang jaga. Akhirnya aku pulang ke rumah tanpa belanjaan.
Aku: "De dak katek yang jual" (de nggak ada yang jual)
Bude: "hah?! Kau cakmano tadi ke warong tu?" (Hah?! Kamu gimana tadi ke warung?)
Aku: "aku jeritke, belanjo.. belanjo.. dak katek yang metu" (aku teriak, belanjo..belanjo.. nggak ada yang keluar)
Bude: "ooh.. pantes lah. Kalo disini ngomongnyo beli bukan belanjo"
Aku: "ooh... iyo de"
Bude: "pegi sano ke warung lagi"
Berangkat lagi ke warung
(Di warung)
"Beli.."
"Be..li.."
Dari dalem ada yang teriak "iya... sebentar"
Eh, bener yang punya warung nyaut
Ibu warung: "iya tong, mau beli apaan?"
Aku: "nak beli gendom" langsung ngasih duit
Ibu warung: "hah?! Apaan?"
Aku: "nak beli gendo...m"
Ibu warung: "gendom?? Gendom apaan yak? Mpo kagak tau gendom apaan. Tanyain dulu gih balik ke rumah" balikin duit.
Hmm!!! Pulang lagi ke rumah. Masa orang jakarta nggak tau gendom. Payah.
(Di rumah)
Aku: " Bude, wong yang jual idak tau gendom"
Bude: "hahahaha!!" Ketawa puas banget
Bude: "kalo disini gendom itu terigu.. budi..."
Aku: "ooh..te..ri..gu..."
Bude: " pegilah lagi. Beli terigu yo.."
(Di warung)
Aku: be..li..!!"
Ibu warung: "eh, iya tong apaan?"
Aku: " beli terigu" kasih duit
Ibu warung: "ooh terigu.. gendom ya?"
Aku: "iyo, terigu"
Ibu warung: "nih terigunya, ini kembaliannya"
Aku: "iyo, mokaseh buk"