Senin, 31 Agustus 2015

setahun mengenang

Kesan pertama begitu mengesankan hingga karenanya saya kemudian terikat. Pertemuan kita begitu singkat tapi begitu melekat. Dimulai dengan pertanyaan yang sangat sederhana.

"Kenapa semua kendaraan berhenti ketika lampu merah?"

"Karena peraturan. Supaya tertib." Jawaban saya tanpa berpikir. Pun semua orang yang ada dalam diskusi ikut sepakat.

Guru itulah sapaan saya kepada beliau.

Guru mengulangi pertanyaannya sekali lagi. "Kenapa semua kendaraan berhenti ketika lampu merah?" Seperti memberi saya kesempatan untuk meng-anulir jawaban namun saya tetap pada jawaban diawal. "Karena peraturan. Supaya tertib."

Guru diam beberapa saat sambil dengan takzim menghisap kretek gudang garam merah.

Saya diam menunggu dan merekonstruksi di alam pikiran. Saya membawa kendaraan. Saat diperempatan jalan lampu merah. Saya berhenti. Lampu hijau. Saya jalan lagi.

Memecah lamunan saya guru menjawab. "Kalau guru, guru berhenti di lampu merah karena ada rem dan remnya dipakai."

Mendengar jawaban guru sontak kami semua tertawa. Saya tertawa menertawai diri sendiri. Ini begitu fundamental dan saya terjebak pada jawaban njelimet agar supaya.

"Gitu aja koq repot." Guraunya meniru Gusdur kemudian tertawa geli. geli sekali melihat air muka saya waktu itu.

Setelah reda tawa kami. Guru bertanya lagi. "Kenapa manusia berbuat dosa?"

.....  

Saya diam.

-Sejak hari itu delapan tahun yang lalu saya menjadi muridnya.


0 comments:

Posting Komentar