Rabu, 11 Januari 2017

TERCERAHKAN

Teman-teman yang mengenal saya dengan sangat baik meskipun diantara mereka ada yang tidak saling kenal. Tapi, saya yakin meskipun begitu mereka pasti sepakat tentang satu hal. “Jangan pernah percaya sama rekomendasi saya soal makanan atau tempat makan yang enak.”  Bukan sekali atau dua kali setiap saya merekomendasikan makanan atau tempat makan yang menurut saya enak selalu berakhir dengan kerutan dahi dan sorot mata tajam interogatif. “ini bud yang kata lo enak?” saya akui makanan itu tidak seenak dan senikmat ketika saya makan dulu. Entahlah, Karena hal ini saya dicap, dilabel bahwa kriteria makanan menurut saya itu cuma dua. Satu, enak. Dua, enak banget.

Well, saya tidak menampik pernyataan tersebut. Selain enak dan enak banget ada satu lagi yang mereka sebenarnya tidak tahu. Satu kriteria yang mereka tidak tahu itu adalah ‘bukan makanan’ lebih jelasnya, bukan jenis makanan yang bisa saya makan. Wow!! Jenis makanan apa kiranya yang tidak saya makan?? Ada, ada banget jenis makanan yang tidak saya makan. Sebagai muslim, saya tentu tidak makan makanan yang dilarang kan? ^^

Sudah satu atau dua bulan ini saya memfavoritkan nasi bebek khas madura. Dalam satu minggu bisa 3 kali saya menjatuhkan pilihan menu nasi bebek khas madura ini. Alasannya sederhana, saya tidak perlu berlama-lama antri dan menuggu pesanan karena bebeknya sudah digoreng dan rasanya juga ‘enak’. Namun, akhir-akhir ini warung langganan nasi bebek khas madura saya tidak lagi menyediakan bebek yang sudah digoreng. Dia baru akan menggoreng bebek ketika ada orang yang beli. Mungkin maksudnya supaya bebeknya masih hangat saat akan disantap. Jadi, sekarang setiap beli nasi bebek khas madura saya harus menunggu. Cuma sebentar, dan saya tidak bermasalah menunggu.

Satu kali abang saya yang kebetulan sedang datang kerumah nitip beli makan malam. Saya bilang “mau nasi bebek kak?”. ”nasi bebek boleh juga”. Kemudian kami berdua menikmati nasi bebek khas madura di rumah dan sambil makan saya menceritakan alasan kenapa saya menyukai nasi bebek khas madura ini. Saat selesai makan saya penasaran apa pendapat abang saya tentang nasi bebek khas madura yang barusan kita nikmati.

“cik, kita ini makan Cuma supaya jangan lapar. Bismillah aja.”

Deg! Saya tercerahkan dari premis sederhana dan menghangatkan dada. Jawaban yang saya tunggu sekian lalu. Bahwa kita makan memang Cuma supaya jangan lapar.


Etapi, beneran enak kan nasi bebeknya kak?

Related Posts:

  • Mereka bilang Waktu adalah uang. Karenanya semua orang jadi seperti terburu-buru mengerjakan sesuatu. Untukku waktu adalah guru yang darinya kupetik ilmu. Unt… Read More
  • adalah 我不说的秘密 Wo Bu Shuo De Mimi ..... " three may keep a secret, if two of them are dead" -Benjamin Franklin- Jadi biarlah saya simpan ini sendiri.. … Read More
  • sedri yang berani tapi cengeng Sedri 4 tahun. mencari maminya hilang di gramedia. kebingungan mencari. Menghampiri saya yang sedang khusyuk di bab pertama max havelaar.  "… Read More
  • Hikayat lama. Tentang monyet dan tiga angin cerita yang saya terima dan belum mengetahui darimana sumbernya ini. saya ceritakan kembali dengan gaya dan bahasa saya sendiri. Dahulu kala.. T… Read More
  • Menulis itu susah. katanya,, Ya menulis itu susah. Kalimat-kalimat di alam pikiran yang luarbiasa itu tiba-tiba hilang. Menguap. Lenyap. Meninggalkan saya yang kemudian bengong… Read More

0 comments:

Posting Komentar