Kamis, 12 Januari 2017

KEBANGGAAN SEBAGAI ORANG INDONESIA

Pandangan ini subjektif milik penulis sebagai pribadi, cerita dan pengalaman terbaik yang pernah saya alami sendiri.

Beberapa tahun lalu saya bekerja di sebuah konsultan geologi dan geofisika daerah jakarta. Dari sini saya memiliki kesempatan untuk mengenal suatu daerah lebih dekat, karena bekerja disini pula saya harus siap untuk ditempatkan di manapun lokasi proyek yang akan dilaksanakan. Lokasi yang  saya dan tim kunjungi bukan destinasi wisata. Lokasi bukaan bakal tambang dan lebih sering hutan baik yang sudah dibuka atau yang belum terjamah manusia. Tujuan kami datang kesana hanya satu, melakukan penelitian keberadaan mineral tambang atas permintaan klien.

Ada satu pengalaman yang begitu berkesan seumur hidup yang pernah saya alami. Karena itulah judul tulisan ini kebnaggaan sebagai orang indonesia. Pada suatu hari saya diinfokan akan ada beberapa pekerjaan kedepan berlokasi di luar negeri dan kami semua akan berangkat kemudian diminta untuk menyiapkan semua dokumen yang diperlukan. Belum pernah ada dipikran saya waktu itu untuk keluar negeri. Satu-satunya dokumen yang diakui diluar negeri Cuma satu. Paspor. Kami yang belum punya paspor segera mengurus pembuatan paspor di kantor Imigrasi dengan bekal surat pengantar dari kantor.

Hal yang lucu bekerja dalam tim eksplorasi adalah kemanapun kami pergi tugas mulai dari Aceh sampai Papua yang kami jumpai sama saja. Akses jalan menuju lokasi yang rusak dan hutan. Sering saya jadi lucu sendiri kalau ada teman yang menanyakan tentang destinasi wisata daerah yang saya kunjungi itu. Cerita saya melulu itu tidak jauh dari hutan, buah hutan, masyarakat, dan makanan khas daerah tersebut. Sesekali sih pernah tapi kesempatan itu jarang terjadi. Sangat jarang.

Tapi kali ini agak beda, eksplorasi di negeri tetangga kita malaysia. Soal akses lokasi disana saya akui luar biasa. Aspal halus, jalanan lancar, saat bertemu kemacetan jalan semua sabar. Sangat jarang saya mendengar suara klakson disana. Sempat saya terkaget waktu di tol ada sebuah motor menyalip mobil kami. What!! Di tol ada motor? Sama persis dengan motor saya di rumah. Jupiter Mx tapi kalau disana namanya beda. Saya lupa.

Ada tiga lokasi eksplorasi disana dua diantaranya sama saja seperti di indonesia lokasi bukaan tambang yang panasnya bikin saya rajin istighfar dan hutan pohon karet yang paling terkenal dengan nyamuknya. Tukang sadap saja kalau pergi menyadap karet mirip astronot. Satu-satunya bagian tubuh yang terbuka hanya daerah mata dan dipinggangnya terselip kawat tempat menggantung obat nyamuk bakar. Saya orang modern. Obat nyamuk bakar sangat kolot dan jauh dari kesan modern . Lotion nyamuk telah hadir menggeser keberadaan obat nyamuk bakar yang tidak praktis dan bikin sesak nafas. Baju lengan panjang dan lotion anti nyamuk sudah cukup. Praktis dan simpel. Namun ternyata saya salah, lotion anti nyamuk tidak cukup tangguh mencegah gigitan nyamuk di hutan pohon karet.  Mobilitas yang tinggi dan kegiatan penuh peluh membuat lotion anti nyamuk itu luntur. Saya pulang dengan penuh bentol bekas gigitan nyamuk. Kesimpulan yang saya ambil bahwa obat nyamuk bakar adalah sebuah pengejawantahan nyata teknologi tepat guna nan aplikatif dan murah dalam berkegiatan di hutan karet.

Lokasi terakhir adalah hiburan penuh petualangan di negeri jiran. Berlokasi di tengah-tengah kota dan yang kami cari adalah keberadaan sebuah bunker peninggalan jepang yang ditinggalkan buru-buru pasca perang dunia kedua. Semua prajurit jepang ditarik pulang kampung setelah kejadian paling memilukan dalam sejarah. Jatuhnya bom sekutu di dua kota di jepang. Hiroshima dan Nagasaki. Sampai kalimat ini saya merasa jadi Nicholas Cage di film national treasure 1 dan 2. Berdasarkan cerita, di negeri sebelah yang berbatasan langsung telah ditemukan harta karun emas sekian-sekian. Sangat banyak. Merunut sejarah, lokasi ditemukan emas di negeri tetangga berhubungan erat dengan kota tempat kami melaksanakan eksplorasi ini. Sangat mungkin pula akan ditemukan harta yang ditinggalkan disini.

Klien kami kontraktor lokal yang memiliki akses ke pemerintahan atau mungkin dia sendiri memang orang pemerintahan. Mungkin saja.

Tanda-tanda kemungkinan keberadaan bunker itu sangat jelas, dimulai dari sebuah bangunan besar yang ternyata sumur besar dan tersebar dibeberapa titik sumur-sumur kecil yang diduga saling berhubungan. Juga, oleh masyarakat sekitar ditemukan benda-benda di sekitar lokasi. Seperti alat-alat makan dan kendi peninggalan masa itu. Saat kami pertama kali datang semua berjalan normal dan kami bebas bergerak bebas kesana kemari mengambil poto dan memetakan lokasi tersebut. Interaksi dengan warga setempat juga wajar. Keberadaan kami orang Indonesia disana juga bukan hal yang luar biasa. Paling-paling buruh atau pembantu pikir mereka. Sempat beberapa kali karena kasihan, saya dan teman ditawari pekerjaan di restoran katanya masakan orang indonesia enak atau jadi supir lori (truk) jadi kami tidak perlu kerja seperti ini penuh peluh menantang matahari. Jujur saja, saya tersenyum kemudian tertawa kecil mendengar tawaran itu. Tawaran itu cukup menarik karena ternyata gaji nya cukup besar. Mereka baik, ramah dan cukup simpati dengan kami. Satu kali ada yang agak usil dan menanyakan identitas kami. Teman saya yang iseng langsung mengeluarkan sim, diujung nama tersemat S.E. artinya teman saya ini lulusan sarjana ekonomi. Kita yang di indonesia sudah sangat paham tapi, yang bertanya tidak tahu apa singkatan S.E itu. Teman saya itu menjawab “Sarjana Engineering”. Kemudian dia terkaget dan mengembalikan sim itu lalu mendadak sopan. Saya pikir sepertinya dia sangat menghormati insinyur. Cerita soal sarjana engineering ini masih saja lucu meski diceritakan berulang setiap kami bertemu.

Perubahan besar terjadi setelah tersebar kabar bahwa kegiatan di lokasi tersebut adalah sebuah upaya pencarian bunker peninggalan tentara jepang yang ditengarai terdapat harta yang ditinggalkan berupa emas. Garis polisi dipasang sepanjang lokasi dan hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses dan kepentingan boleh melintasi batas itu. Kami orang asing, tim eksplorasi dari negeri sebrang Negara Kesatuan Republik Indonesia bisa bebas bolak-balik kemanapun seantero lokasi sementara orang lain harus ditanya ini itu oleh petugas kalau mau masuk. Menurut cerita teman saya yang juga atasan saya bercerita tentang sebuah pertemuan tertutup yang dihadiri gubernur, pejabat, dan aparat setempat. Setelah memperkenalkan diri dan menyebutkan nama instansi masing-masing. Kami satu-satunya tim peneliti yang ada disana mewakili perusahaan tentunya yang berasal dari Indonesia. Sempat ada pertanyaan “kenapa mendatangkan tim peneliti dari Indonesia dan tidak dari negeri sendiri?” Jawaban teman saya kira-kira begini “karena kami memiliki alat dan bisa mengoperasikannya.” Bagaimana tidak mendengar cerita itu, seketika saya bangga menjadi putera Indonesia.

Kegiatan eksplorasi ini sempat menjadi heboh dan diliput oleh media lokal. Bisa ditelusuri jejak digital nya. Lalu bagaimana hasil penelitian itu, apakah ditemukan bunker dan harta karun itu? Jawaban saya adalah tidak tahu. Tugas kami hanya akuisisi data, kemudian menyerahkannya kepada atasan untuk diolah dan diinterpretasi. Hasil pengolahan data itu juga tidak pernah saya lihat.


1 komentar:


  1. ((( bukaan tambang yang panasnya bikin saya rajin istighfar))) #nggiloni

    BalasHapus